Powered By Blogger

Remember..!!!

"All Of The First Draft Are Shits - Semua Tulisan Pertama Pasti Kacau"

8/02/2010

IKAMI SUL-SEL Adakan Kegiatan Seminar Kewirausahaan




Ikatan Kekeluargaan Pelajar Mahasiswa Indonesia Sulawesi Selatan (IKAMI SUL-SEL) Cabang Palu hari ini ( 02/08 ) kembali mengadakan seminar kewirausahaan yang bekerjasama dengan Dinas Prindakop Kota Palu. Seminar Kewirausahaan ini bertemakan "Melahirkan Pemuda Kreatif Untuk Kota Palu Mandiri" dan dilaksanakan di Aula Kantor Walikota Palu, Sul-Teng.

Kegiatan yang berlangsung selama 4 Jam ini sebelumnya di rencanakan akan dibuka oleh bapak walikota palu, H.Mastura,namun berhubung beliau tidak sempat hadir karena satu dan lain hal, acara ini pun kemudian dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Koperasi & Pemberdayaan UKM Kota Palu, Bapak Mahyudin, atas nama walikota sekaligus sebagai pemateri/narasumber dalam seminar ini.

Selain Kepala Dinas Koperasi & Pemberdayaan UKM Kota Palu, Narasumber lain yang sempat di undang oleh panitia adalah antara lain pimpinan PT.Bosowa Group, Pimpinan Bank Mandiri, Pimpinan Bank BNI serta Pimpinan Bank BRI. Namun semua narasumber tersebut berhalangan untuk hadir.

Dalam acara seminar ini, Bapak Mahyudin sebagai Kadis Keporesi & Pemberdayaan UKM Kota Palu, berterima kasih kepada IKAMI SUL-SEL selaku panita atas terlaksanannya kegiatan ini. Beliau berharap dengan seringnya diadakan kegiatan-kegiatan seperti ini akan memberikan pengetahuan-pengetahuan terhadap pemuda dan pelaku UKM kota palu, terhadap kewirausahaan seperti Koperasi serta mencetak pemuda-pemuda kreatif untuk kota palu mandiri kedepannya, sesuai dengan tema kita pada kegiatan ini.

7/27/2010

KINESIK Memperingati "Hari Tanpa TV"





Komunitas Intelektual Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP-UNTAD Minggu ( 25/7 ) Kemarin Kembali turun ke jalan, untuk mengkampanyekan "Hari Tanpa TV Nasonal " yang jatuh tepat tanggal 25 Juli 2010 atau minggu pertama setelah Hari Anak Nasional di peringati.

Kegiatan mahasiswa yang berpusat di Jl.Raden Saleh, tepatnya di patung Kuda Talise ini kembali membagi-bagikan brosur. Brosur yang di bagi-bagikan membahas mengenai mengapa harus ada "Hari Tanpa TV", serta dampak yang ditimbulkan apabila sering menonton tayangan-tayangan TV yang tidak mendidik.

Sebenarnya Aksi Hari Tanpa TV sebelumnya sudah di lakukan pada tanggal 19/7 kemarin, namun aksi itu merupakan aksi bersama yang dilakukan anak-anak komunikasi yang tegabung dalam Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) Wilyah V (Sulawesi, Maluku, Papua).

Dalam aksinya, KINESIK menghimbau kepada masyarakat kota palu, agar kiranya lebih mengawasi putra-putrinya ketika menonton TV,karena menurut penelitian, anak cenderung meniru perilaku di Televisi. Selain itu, mahasiswa juga membawa poster, spanduk serta dos-dos bekas yang berbentuk TV yang di dalamnya terdapat tulisan-tulisan ajakan untuk tidak menonton TV selama sehari. Seperti "Safe your children for dangerous wacthing TV", "Dukung Sehari Tanpa TV", "Bukan Anti TV", "Nonton TV Cukup 2 Jam Sehari" dan sebagainya.

Tujuan utama KINESIK sebenarnya, selain untuk memperingati Hari Tanpa TV itu sendiri kepada masyarakat, juga untuk mengubah paradigma masyarakat bahwa sangnya hari libur serta memanfaatkan waktu luang bukan hanya dengan cara menonton TV, tetapi masih banyak hal-hal yang lebih berguna dan bermanfaat yang bisa dilakukan bersama keluarga tercinta, seperti bersepeda, bermain bersama dan lain sebagainya.

7/25/2010

Musyawarah Wilayah V IMIKI



Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) Wilayah V (Sulawesi, Maluku, Papua) Kembali Mengadakan Musyawarah Wilayah yang ke-3 di STISIPOL PANCA BHAKTI PALU dengan Tema "Dengan Muswil Kita Jalin Silaturahmi Dan Ciptakan Insan Komunikasi Yang Jujur, Benar, Berani dan Bermartabat".

Kegiatan yang di hadiri oleh sembilan Universitas ini berlangsung dari tanggal 17-18 Juli 2010 . Adapun ke sembilan Universitas yang Hadir seperti Universitas Tadulako (Sul-Teng), UnIversitas Hasanuddin (Sul-Sel), Universitas Fajar (Sul-Sel), Universitas Muslim Indonesia (Sul-Sel), Universitas Indonesia Timur (Sul-Sel), Universitas Veteran Republik Indonesia (Sul-Sel), Universitas Haluleo (Sul-Tra), Universitas Al-Asy'aria Mandar (Sulbar) Serta STISIPOL Panca Bhakti Palu sebagai tuan rumah.

Musyawarah Wilayah V IMIKI merupakan kegiatan tahunan yang bertujuan selain untuk memilih kepengurusan baru dalam IMIKI juga untuk menjalin silaturahmi antar mahasiswa ilmu komunikasi Se- Wilayah V (Sulawesi, Maluku, Papua). Walaupun dalam pelaksanaannya hanya empat propinsi yang hadir dan mengirim utusannya, yaitu Propinsi Sul-Sel, Sul-Bar, Sul-Tra dan Sulteng.

Pada Muswil V IMIKI ini, Hasanuddin yang merupakan perwakilan dari UIT berhasil terpilih sebagai ketua Umum baru IMIKI Wilayah V Periode 2010-2011 , menggantikan Nurwijaya Hariadi setelah menyisihkan Bustam, Calon dari Universitas Tadulako.

Setelah terpilihnya ketua umum serta terbentuknya kepengurusan baru IMIKI ini diharapkan lebih memberukan warna yang berbeda di tubuh IMIKI itu sendiri, serta lebih mampu menjalankan program-program yang telah di rekomendasikan oleh peserta Muswil.

7/22/2010

Musyawarah Wilayah V IMIKI Yang Ke-3



Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) Wilayah V (Sulawesi, Maluku, Papua) Kembali Mengadakan Musyawarah Wilayah yang ke-3 di STISIPOL PANCA BHAKTI PALU dengan Tema "Dengan Muswil Kita Jalin Silaturahmi Dan Ciptakan Insan Komunikasi Yang Jujur, Benar, Berani dan Bermartabat".

Kegiatan yang di hadiri oleh sembilan Universitas ini berlangsung dari tanggal 17-18 Juli 2010 . Adapun ke sembilan Universitas yang Hadir seperti Universitas Tadulako (Sul-Teng), UnIversitas Hasanuddin (Sul-Sel), Universitas Fajar (Sul-Sel), Universitas Muslim Indonesia (Sul-Sel), Universitas Indonesia Timur (Sul-Sel), Universitas Veteran Republik Indonesia (Sul-Sel), Universitas Haluleo (Sul-Tra), Universitas Al-Asy'aria Mandar (Sulbar) Serta STISIPOL Panca Bhakti Palu sebagai tuan rumah.

Musyawarah Wilayah V IMIKI merupakan kegiatan tahunan yang bertujuan selain untuk memilih kepengurusan baru dalam IMIKI juga untuk menjalin silaturahmi antar mahasiswa ilmu komunikasi Se- Wilayah V (Sulawesi, Maluku, Papua). Walaupun dalam pelaksanaannya hanya empat propinsi yang hadir dan mengirim utusannya, yaitu Propinsi Sul-Sel, Sul-Bar, Sul-Tra dan Sulteng.

Pada Muswil V IMIKI ini, Hasanuddin yang merupakan perwakilan dari UIT berhasil terpilih sebagai ketua Umum baru IMIKI Wilayah V Periode 2010-2011 , menggantikan Nurwijaya Hariadi setelah menyisihkan Bustam, Calon dari Universitas Tadulako.

Setelah terpilihnya ketua umum serta terbentuknya kepengurusan baru IMIKI ini diharapkan lebih memberukan warna yang berbeda di tubuh IMIKI itu sendiri, serta lebih mampu menjalankan program-program yang telah di rekomendasikan oleh peserta Muswil.(Ime)

IMIKI Serukan "Sehari Tanpa TV"




Hari senin kemarin ( 19/07 ), Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI), melakukan aksi turun kejalan, tepatnya di bundaran Jalan Sultan Hasanuddin untuk mengkampanyekan sehari tanpa Televisi kepada masyarakat kota palu.

Dalam aksinya, anak-anak komunikasi yang tergabung dari sembilan universitas (Untad, Unhas, Unhalu, UMI, Unfar, UVRI, UIT, STISIPOL PB serta Unasman Sul-Bar) dan mengusun tema "Matikan TV Sehari, Hari Tanpa TV Bukan Anti TV" ini meminta kepada seluruh elemen masyarakat kota palu untuk mematikan televisinya selama 24 jam (Sehari).

"Kami hanya meminta mematikan TV sehari, agar masyarakat bisa meluangkan waktunya untuk berekreasi tanpa menonton televisi dirumah" ungkap salah satu mahasiswa dari Untad dalam orasinya.

Kegiatan ini, dilakukan sebelum memperingati Hari Tanpa TV Nasional, tanggal 25 Juli nanti. Selain membagikan brosur tentang bahaya serta dampak menonton tv, mereka (Mahasiswa IMIKI) juga menggunakan teaterikal dengan memakai dos yang bertuliskan "TV Kotak Idiot".

Dalam orasinya, Bustam selaku korlap menegaskan bahwa kebanyakan tayangan tv saat ini tidak lagi mendidik, justru sangat memberikan efek buruk kepada penontonnya, terutama kepada anak-anak.

Oleh karena itu, IMIKI Wilayah V mencoba menggugah masyarakat melalui brosur dan aksi teaterikal tengtang dampak yang di akibatkan menonton TV. Padahal, banyak kegiatan lain yang bisa di lakukan tanpa menonton TV, terutama kepada anak-anak,. seperti bermain, jalan-jalan dan lain-lain. (Ime)

7/16/2010

Liric Lagu Bondan & F2B - Not With Me

I'm Walking up from my summers dreams again
Try to thingking if you're alright
then i'm shattered by the shadows of your eyes
Knowing you're still here by my side

Reff'
I can see you, if you're not with me
I can say to my self, if you're OKEY
I can feel you, if you're not with me
I can reach to my self, you show me the way

Live was never be so easy as it seems
'till you come and bring your love inside
No matter space and distance make it look so far
still i now you're still here by my side

Back to Reff

Bondan
Yeah,, you've made me so alive
You give the best for me,,
Love and fantasy
Yeah,, and i never feel so lonely
coz you're always here with me
Yeah,, always here with me

Back to reff

I'm walking up from my summers dreams again
Try to thingking if you're alright
Then i'm shattered by the shadows of your eyes
knowing you're still here by my side

7/11/2010

Ketika Usiaku 21 Tahun



Hari Ulang Tahun (HUT) adalah hari dimana seseorang memperingati kembali hari jadinya, entah itu lima tahun yang lalu atau duapuluh satu tahun yang lalu.

HUT identik dengan perayaan, ucapan selamat serta pemberian kado dan do'a. HUT membuat orang sangat bahagia, karena bisa berkumpul dengan keluarga apalagi kalau di rayakan. Namun, tahukah kita, setiap kita memperingati HUT kita, justru sebenarnya kita memperingati satu tahun lebih dekatnya kematian kita. Karena bertambahanya usia kita tentunya semakin memperpendek waktu kita untuk hidup di dunia ini. Oleh karena itu, kiranya kita janganlah menyia-yiakan hidup kita di dunia, berbuat baiklah selagi bisa, kumpullah amal sebanyak-banyaknya untuk bekal di akhirat kelak. Jadikanlah hidup ini indah dengan saling tolong menolong sesama, terutama bagi yang sangat membutuhkan, bersyukurlah karena sampai saat ini masih menghirup udara dunia, bersyukurlah karena masih bisa melihat indahnya dunia, orang yang senang tiasa bersyukur akan selalu ditambahkan nikmat oleh Allah SWT.

HUT seharusnya menjadi hari, dimana kita harus menginstropeksi diri, apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu, sudahkah kita menjadi tauladan di keluarga kita, sudahkah kita menjadi contoh yang baik dalam masyarakat dan sudahkah kita senang tiasa melaksanakan perintah-perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, tentunya kita mempunyai banyak kesalah-kesalah di masa lalu, namun apakah kita hanya membiarkannya begitu saja tampa memperbaikinya, seharusnya hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, bukan justru lebih buruk.

Penyesalan selalu ada di akhir cerita, dan semua orang tahu itu, tapi kenapa kita masih membiarkan hari-hari yang kita lalui masih selalu berbuat kesalahan, berbuat dosa? Tanyalah pada diri kita masing-masing. Ingat, Allah tidak akan merubah satu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya.

Hari ini, Tanggal 10 Juli 2010 adalah hari tepat usiaku bertambah satu tahun menjadi 21 tahun, Duapuluh Satu Tahun yang lalu, aku di lahirkan di dunia dari rahim ibuku tampa membawah apa-apa, hanya tangis yang selah ku persembahkan kepada orangtuaku, kepada seluruh keluargaku. Walaupun saat itu aku belum mengerti apa-apa, tapi aku yakin, orangtuaku pasti sangat bahagia dengan kehadiranku.

Hari ini, Tepat di usiaku yang ke-21, aku ingim mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua, dan seluruh keluarga besarku yang telah merawatku dari kecil, bersusah payah menyekolahkanku hingga sekarang aku telah duduk di bangku kuliah.

Hari ini, di hari jadiku yang ke-21, aku kini lebih mengerti arti dari hidup ini, puji syukur senang tiasa ku ucapkan kepada sang pencipta, kepada zat yang maha sempurna, karena sampai saat ini masih berkenang memberikan kesempatan kepadaku untuk menghirup udara sejuk, untuk melihat indahnya dunia, untuk mendengar suara-suara alam yang tak henti-hentinya bertasbih memuja-Mu.

Hari ini, di usiaku yang ke-21 tahun, semoga aku lebih bisa memaknai hidup, lebih dewasa dalam melihat masalah, lebih memahami arti sebuah pengorbanan, pengorbanan seorang ayah, pengorbanan seorang ibu, pengorbanan keluarga, teman dan orang lain. Semoga apa yang dicita-citakan oleh Orangtuaku kepada anak-anaknya, termasuk aku bisa tercapai, sehingga dimasa tuanya nanti, beliau bisa beristrahat menimati hari senja bersama cucu-cucunya.

Hari ini, di usiaku yang sudah mencapai 21 tahun aku berdoa semoga segala dosa-dosaku diampuni, segala urusanku beserta keluarga dimudahkan, senantiasa diberikan kesehatan, rezeki, dan kekuatan serta ketabahan dalam menjalani hidup ini dan senangtiasa terlindung dari malapetaka, bencana, dan dari godaan-godaan syetan. Senangtiasa melakukan segalah perintah-Nya, dan menjauhi segala larang-Nya, sehingga kelak menjadi orang yang beruntung menjadi penghuni surga Amin.

Tanamoni, 10 Juli 2010

6/23/2010

Musyawarah Besar KINESIK 2010


Foto : Imran Kom 08

Komunitas Intelektual Mahasiswa Ilmu Komunikasi (KINESIK) kembali mengadakan Musyawarah Besar (mubes) KINESIK yang ke- VII dengan Tema “Melalui Mubes Kita Tumbuhkan Solidaritas dan Loyalitas Dalam Membangun Integritas Keilmuan Mahasiswa Ilmu Komunikasi”. Kegiatan yang berlangsung dua hari ini dilaksanakan di Gedung KNPI Sul-Teng Dari Tanggal 19-20 Juni 2010.


Mubes Kinesik adalah merupakan program tetap yang di laksanakan setiap satu tahun sekali untuk mengganti pengurus Kinesik dari pengurus Angkatan 2007 ke pengurus angkatan 2008. Kegiatan ini selalu diadakan dua hari penuh. Adapun agenda kegiatannya adalah hari pertama untuk membahas Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) pengurus lama dan dilanjutkan denagn membahas Anggran Dasar Anggaran Rumah Tangga ( AD/ART) dan hari kedua, lanjutan pembahasan AD/ART kemudian pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Kinesik yang baru.

Dalam pemilihan Calon Ketua Kinesik tersebut, terpililah Nurul Akmalia berpasangan dengan Muh.Rakit Ramadhan sebagai ketua Umum setelah berhasil mengalahkan calon kandidat lainnya yaitu Imran Rosadi & Evilina.

Kinesik sendiri adalah salah satu Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dari salah satu Program Studi di FISIP Universitas Tadulako yaitu Prodi Ilmu Komunikasi. Kinesik Berdiri Tanggal 10 April 2004 di Ruangan BTF5 FISIP Universitas Tadulako oleh anak-anak Ilmu Komunikasi Angkatan 2003 (Mahasiswa Angkatan Pertama Prodi Ilmu Komunikasi).

Kegiatan Mubes KInesik Sebenarnya merupakan kegiatan yang wajib di hadiri oleh seluruh anak-anak Ilmu Komunikasi yang masih terdaftar sebagai mahasiswa di Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Untad sesuai dengan AD/ART KInesik. Namun kenyataan, setiap ada kegiatan seperti mubes selalu hanya di hadiri oleh sebagian kecil mahasiswa. Padahal, kegiatan seperti ini bisa menumbuhkan rasa persaudaraan serta menjalin silaturahmi bagi teman-teman mahasiswa dari berbagai angkatan.

Sebagai salah satu Mahasiswa Ilmu Komunikasi, saya sangat berharap kedepannya ketika Kinesik kembali mengadakan kegiatan-kegiatan lain, teman-teman mahasiswa Ilmu Komunikasi bisa menyempatkan diri untuk hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. (ime)

6/16/2010

Jadi Panitia Seminar

Alhamdulilla, Hari ini 16 juni 2010 setelah bekerja keras dari pagi sampai sore bersama teman-teman Panitia untuk menyukseskan Seminar Sehari dengan Tema " Wawasan Kebangsaaan " bertempat di Niki Beach yang di adakan oleh Ikatan Kekeluargaan Pelajar Mahasiswa Indonesia - Sulawesi Selatan ( IKAMI SUL-SEL) Cab. PAlu Kerjasama dengan KESBANG Prop. Sulteng. Akhirnya Kegiatan seminar itu selesai juga. Walaupun dalam pembukaan tadi ada kesalahan dalam menyayikan lagu Indonesia Raya, tapi tidak menyurutkan teman-teman panitia untuk tetap semangat.

Kami dari Panitia pelaksana, juga berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pemateri dari Lembaga Pertahanan Nasional (LEMHANAS R.I) atas partisipasinya dalam kegiatan tersebut yang telah memberikan materi-materi yang sangat menggugah hati.

:)

4/09/2010

Jalan-Jalan

Study Of Comparative KINESIK-UNTAD

Kegiatan study banding ini di adakan oleh Komunitas Intelektual Mahasiwa Ilmu Komunikasi Universitas Tadulako, Dari Tanggal 20 Maret - 05 April 2010 dengan kota tujuan Surabaya, Jogjakarta, Bandung , dan Jakarta.
Perjalanan kami mulai setelah pelepasan di Paradigma menuju Pelabuhan Pantoloan. Di Pantoloan kami sempat menunggu beberapa jam, sebelum akhirnya menaiki kapal dan berangkat menuju pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, namun sebelum ke Surabaya, Kapal Doro Londa yang kami tumpangi pun harus transit dulu di Pelabuhan Kalimantan.
Dua hari di laut akhirnya kapalpun bersandar di Pelabuahn Tanjung Perak Surabaya-Jawa Timur. Peserta rombongan pun kemudian bergegas meninggalkan pelabuhan menuju Kota Sidoarjo dan free program selama tiga hari untuk menyesuaikan jadwal yang sudah di atur oleh panitia. Jadi, untuk memanfaatkan waktu luang tersebut, kami banyak berkunjung ke tempat-tempat Wisata dan Pusat-Pusat Perbelanjaan. Seperti, Kebun Binatang Surabaya, Pasar Turi, Tanggul Angin, Dan beberapa Mall di Kota Surabaya dan Sidoarjo.
Tanggal 25 maret 2010, setelah tiga hari free program di Sidoarjo, Peserta rombongan kemudian di jemput Oleh travel Nadita Group dan bersiap-siap menuju kota Jogja. Namun sebelumnya, rombongan menyempatkan diri untuk berkunjung ke Kebun Apel Rakyat dan Batu Night Spektakuler Di Kota Batu-Malang.
Tiba di kota Jogja, Kami langsung berkunjung ke Candi Borobudur dan Pusat Kerajinan Perak sebelum akhirnya chek-in di Hotel Home Stay Jl.Parangtritis Jogjakarta dan beristrahat. Besoknya, kami kemudian berkunjung ke anak-anak Ilmu Komunikasi Universitas Gaja Mada. Dan di lanjutkan ke Pusat Ole-Ole Kota Jogja yaitu BakPia Patuk dan ke Pusat keramaian kota jogja, dan merupakan ikon Kota Pelajar tersebut yaitu Malioboro yang kebetulan pada saat itu bertepatan dengan Pekan Budaya Tionghoa Jogjakarta yang akan memecahkan Rekor MURI dengan Barongai Terpanjang di Indonesia. Dari Malioboro, kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju kota Kembang Bandung-Jawa Barat.
Pagi hari setelah tiba di Bandung, kami kemudian mampir di Lembang-Cikole untuk sarapan pagi dan dan sekaligus bermain aral rintang yang sudah tersedia di tempat tersebut. Selaesai chek-in di hotel, kami kemudian ke Pusat Perbelanjaan Cihampelas dan di akhiri dengan pulang istrahat di Hotel.
Dikota Bandung, Kamipun Berkunjung ke Institut Tekhnologi Bandung Dan ketempat Penjualan Sepatu-Di Cibaduyut, kemudian kembali istrahat dan besok bersiap-siap menuju Ke Kota Jakarta.
Di Jakarta, kami kemudian ke Taman Impian Jaya Ancol dan gelanggang samudera sebelum akhirnya Chek-in Di Asrama Haji Cempaka Putih Jakarta Selatan. Jakarta adalah kota terakhir tempat kami berkunjung dan kamipun berkunjung ke Universitas Indonesia, Studio Metro TV sekaligus Syuting di acara Kick Andy dan di Pusat Perbelanjaan Mangga Dua.
Tanggal 5 April 2010, kami kemudian Packing dan Chek-Out Di Asrama Haji Cempaka Putih menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten. Di Bandara, Setelah di tunda 5 jam keberangkatan, akhirnya kami pun berangkat menuju Bandara Mutiara Palu-Sulawesi Tengah menggunakan pesawat Merpati Airlines Boeng 707-300. Tiba di Kota palu, peserta rombonganpun akhirnya berpisah dan kembali ke rumah masing-masing sekaligus akhir dari rangkaian perjalanan Study Of comparative KINESIK.
By ImranQ Ilkom 2008

3/16/2010

Creative Writing

Nama : Imran Rosadi
Stbk : B 501 08 060

1. Induktif : Universitas Tadulako kembali membangun gedung baru. Gedung baru itu, didirikan di beberapa fakultas seperti Fisip, Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi. Bahkan Untad membangun Laboratotium untuk jurusan Ilmu Komunikasi.

2. Deduktif : Kunjungan ke studio Metro TV, Universitas Indonesia, ITB dan Universitas Gajah Mada adalah beberapa rangkaian acara yang di lakukan oleh anak-anak KINESIK saat mengadakan Study Of Comparative.

3/13/2010

Imran Rosadi B 501 08 060 Cretive Writing

Untuk menghindari kecelakaan yang fatal, gunakanlah helm standar di setiap mengendarai sepeda motor dan nyalakan lampu motor di siang hari.

3/10/2010

IMRAN ROSADI B 501 08 060

Nama : Imran Rosadi
Stbk : B 501 08 060
MK : Creative Writing

Nama saya Imran Rosadi, saya terdaftar sebagai salah satu mahasiswa di Universitas Tadulako-FISIP-Prodi Ilmu Komunikasi angkatan 2008, mungkin saya akan menyampaikan 4 hal tentang saya yaitu saya memiliki tinggi 165cm dengan berat badan sekitar 47kg, saya berkulit agak putih dan memiliki ranbut pendek agak ikal.

2/02/2010

PROSES KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF MEKANISTIS





Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau melemparkan dengan bibir kalau lisan atau tangan jika tulisan pesannya sampai ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan dari komunikator oleh komunikan itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata, atau indera-indera lainnya. Proses komunikasi dalam perspektif ini kompleks atau rumit, sebab bersifat situasional, bergantung pada situasi ketika komunikasi itu berlangsung.

a. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer (Primary process) adalah proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai media atau saluran. Lambang ini umumnya bahasa, tetapi dalam situasi-situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang dipergunakan dapat berupa kial (gesture), yakni gerak anggota tubuh, gambar, warna, dan lain sebagainya. Dalam komunikasi bahasa disebut lambang verbal sedangkan lambang-lambang lainnya yang bukan bahasa dinamakan lambang nirverbal.

b. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Komunikator menggunakan media kedua ini karena komunikan yang dijadikan sasaran komunikasinya jauh tempatnya atau banyak jumlahnya atau kedua-duanya. Komunikasi dalam proses secara sekunder ini semakin lama semakin efektif dan efisien
karenadidukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang pula oleh teknologi lainnya.


c. Proses komunikasi secara linear
Istilah linear mengandung makna lurus. Jadi proses linear berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus. Dalam konteks komunikasi, proses secara linear adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Komunikasi linear ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap muka maupun dalam situasi komunikasi bermedia. Proses komunikasi linear umumnya berlangsung pada komunikasi bermedia, kecuali komunikasi melalui media telepon.

d. Proses komunikasi secara sirkular
Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses secara sirkular itu adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi amat penting karena dengan terjadinya umpan balik komunikator mengetahui apakah komunikasinya itu berhasil atau tidak, atau apakah umpan baliknya itu positif atau negatif. Dalam situasi komunikasi tatap mukakomunikator akan mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia sedang melontarkan pesannya. Umpan balik jenis ini dinamakan immediate feedback (Umpan balik seketika).

1/26/2010

TEORI DIFUSI INOVASI

Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan . Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.

Inovasi merupakan ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak.

Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori di abad ke 19 dari seorang ilmuwan Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation” (1930), Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion leadership , yakni ide yang menjadi penting diantara para peneliti efek media beberapa dekade kemudian. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam komunitas tertentu merupakan orang yang memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru, dan dan hal-hal teranyar, sehingga mereka lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya. Orang-orang ini dinilai bisa mempengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi.

Latar Belakang Teori

Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.

Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi. Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current importance because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.

Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan Neal Gross, mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para petani di Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus menegaskan tentang difusi inovasimodel kurva S. Salah satu kesimpulan penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the agricultural innovation followed an S-shaped normal curve when plotted on a cumulative basis over time.”

Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi terjadi pada tahun 1960, di mana studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan berbagai topik yang lebih kontemporer, seperti dengan bidang pemasaran, budaya, dan sebagainya. Di sinilah muncul tokoh-tokoh teori Difusi Inovasi seperti Everett M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of Innovation (1961); F. Floyd Shoemaker yang bersama Rogers menulis Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown yang menulis Innovation Diffusion: A New Perpective (1981)

Elemen

Elemen dalam teori difusi inovasi ini terdiri dari: inovasi, tipe saluran komunikasi, tingkat adopsi, dan sistem sosial.


Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:

(1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.

(2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.

(3) Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

(4) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama

Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels), (4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen perubah (change agents).
[sunting] Tahapan peristiwa yang menciptakan proses difusi

1. Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain halnya jika yang dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka akan lebih cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus disosialisasikan melalui komunikasi interpersonal dan kedekatan secara fisik.
2. Pengadopsian: Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan juga oleh beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba hal baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri mereka sendiri apakah mereka mampu melakukannya. Jika seseorang merasa mereka bisa melakukannya, maka mereka akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain itu, dorongan status juga menjadi faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi. Beberapa orang ingin selalu menjadi pusat perhatian dalam mengadopsi inovasi baru untuk menunjukkan status sosialnya di hadapan orang lain. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika sebuah inovasi dianggapnya menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia anut, maka ia tidak akan mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang dikeluarkan untuk mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya.
3. Pengembangan Jaringan Sosial: Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga sebuah inovasi bisa secara luas diadopsi oleh masyarakat. Difusi sebuah inovasi tidak lepas dari proses penyampaian dari satu individu ke individu lain melalui hubungan sosial yang mereka miliki. Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan dekat satu sama lain mengadopsi inovasi melalui kelompoknya. Dalam proses adopsi inovasi, komunikasi melalui saluran media massa lebih cepat menyadaran masyarakat mengenai penyebaran inovasi baru dibanding saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal mempengaruhi manusia untuk mengadopsi inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh media massa.

Lima Tahap Proses Adopsi

1. Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak , maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat
2. Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut.
3. Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.
4. Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang inovasi tersebut.
5. Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

Kategori Pengadopsi

Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna inovasi :

1. Inovator: Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya. Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik meskipun terdapat jarak geografis. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memeiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.
2. Pengguna awal: Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator. Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
3. Mayoritas awal: Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi, atau menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.
4. Mayoritas akhir: Kelompok zang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan ekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi.
5. Laggard: Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya sekelompok laggard mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman.

Penerapan dan keterkaitan teori
Pada awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya, teori Difusi Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat. Inovasi merupakan awal untuk terjadinya perubahan sosial, dan perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti dari pembangunan masyarakat. Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa proses difusi merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu: (1) Penemuan (invention), (2) difusi (diffusion), dan (3) konsekuensi (consequences). Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau dikembangkan. Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial, sedangkan konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau penolakan inovasi.
Sejak tahun 1960-an, teori difusi inovasi berkembang lebih jauh di mana fokus kajian tidak hanya dikaitkan dengan proses perubahan sosial dalam pengertian sempit. Topik studi atau penelitian difusi inovasi mulai dikaitkan dengan berbagai fenomena kontemporer yang berkembang di masyarakat. Berbagai perpektif pun menjadi dasar dalam pengkajian proses difusi inovasi,seperti perspektif ekonomi, perspektif ’market and infrastructure’ (Brown, 1981). Salah satu definisi difusi inovasi dalam taraf perkembangan ini antara lain dikemukakan Parker (1974), yang mendefinisikan difusi sebagai suatu proses yang berperan memberi nilai tambah pada fungsi produksi atau proses ekonomi. Dia juga menyebutkan bahwa difusi merupakan suatu tahapan dalam proses perubahan teknik (technical change). Menurutnya difusi merupakan suatu tahapan dimana keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi diteruskan melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima sebagai bagian dari kegiatan produktif.
Berkaitan dengan proses difusi inovasi tersebut National Center for the Dissemination of Disability Research (NCDDR), 1996, menyebutkan ada 4 (empat) dimensi pemanfaatan pengetahuan (knowledge utilization), yaitu
1. Dimensi Sumber (SOURCE) diseminasi, yaitu insitusi, organisasi, atau individu yang bertanggunggung jawab dalam menciptakan pengetahuan dan produk baru.
2. Dimensi Isi (CONTENT) yang didiseminasikan, yaitu pengetahuan dan produk baru dimaksud yang juga termasuk bahan dan informasi pendukung lainnya.
3. Dimensi Media (MEDIUM) Diseminasi, yaitu cara-cara bagaimana pengetahuan atau produk tersebut dikemas dan disalurkan.
4. Dimensi Pengguna (USER), yaitu pengguna dari pengetahuan dan produk dimaksud.

TEORI DIFUSI INOVASI

Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan . Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.

Inovasi merupakan ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak.

Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori di abad ke 19 dari seorang ilmuwan Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation” (1930), Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion leadership , yakni ide yang menjadi penting diantara para peneliti efek media beberapa dekade kemudian. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam komunitas tertentu merupakan orang yang memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru, dan dan hal-hal teranyar, sehingga mereka lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya. Orang-orang ini dinilai bisa mempengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi.

Latar Belakang Teori

Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.

Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi. Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current importance because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.

Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan Neal Gross, mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para petani di Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus menegaskan tentang difusi inovasimodel kurva S. Salah satu kesimpulan penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the agricultural innovation followed an S-shaped normal curve when plotted on a cumulative basis over time.”

Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi terjadi pada tahun 1960, di mana studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan berbagai topik yang lebih kontemporer, seperti dengan bidang pemasaran, budaya, dan sebagainya. Di sinilah muncul tokoh-tokoh teori Difusi Inovasi seperti Everett M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of Innovation (1961); F. Floyd Shoemaker yang bersama Rogers menulis Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown yang menulis Innovation Diffusion: A New Perpective (1981)

Elemen

Elemen dalam teori difusi inovasi ini terdiri dari: inovasi, tipe saluran komunikasi, tingkat adopsi, dan sistem sosial.


Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:

(1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.

(2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.

(3) Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

(4) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama

Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels), (4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen perubah (change agents).
[sunting] Tahapan peristiwa yang menciptakan proses difusi

1. Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain halnya jika yang dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka akan lebih cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus disosialisasikan melalui komunikasi interpersonal dan kedekatan secara fisik.
2. Pengadopsian: Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan juga oleh beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba hal baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri mereka sendiri apakah mereka mampu melakukannya. Jika seseorang merasa mereka bisa melakukannya, maka mereka akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain itu, dorongan status juga menjadi faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi. Beberapa orang ingin selalu menjadi pusat perhatian dalam mengadopsi inovasi baru untuk menunjukkan status sosialnya di hadapan orang lain. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika sebuah inovasi dianggapnya menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia anut, maka ia tidak akan mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang dikeluarkan untuk mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya.
3. Pengembangan Jaringan Sosial: Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga sebuah inovasi bisa secara luas diadopsi oleh masyarakat. Difusi sebuah inovasi tidak lepas dari proses penyampaian dari satu individu ke individu lain melalui hubungan sosial yang mereka miliki. Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan dekat satu sama lain mengadopsi inovasi melalui kelompoknya. Dalam proses adopsi inovasi, komunikasi melalui saluran media massa lebih cepat menyadaran masyarakat mengenai penyebaran inovasi baru dibanding saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal mempengaruhi manusia untuk mengadopsi inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh media massa.

Lima Tahap Proses Adopsi

1. Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak , maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat
2. Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut.
3. Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.
4. Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang inovasi tersebut.
5. Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

Kategori Pengadopsi

Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna inovasi :

1. Inovator: Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya. Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik meskipun terdapat jarak geografis. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memeiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.
2. Pengguna awal: Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator. Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
3. Mayoritas awal: Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi, atau menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.
4. Mayoritas akhir: Kelompok zang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan ekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi.
5. Laggard: Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya sekelompok laggard mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman.

Penerapan dan keterkaitan teori
Pada awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya, teori Difusi Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat. Inovasi merupakan awal untuk terjadinya perubahan sosial, dan perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti dari pembangunan masyarakat. Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa proses difusi merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu: (1) Penemuan (invention), (2) difusi (diffusion), dan (3) konsekuensi (consequences). Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau dikembangkan. Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial, sedangkan konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau penolakan inovasi.
Sejak tahun 1960-an, teori difusi inovasi berkembang lebih jauh di mana fokus kajian tidak hanya dikaitkan dengan proses perubahan sosial dalam pengertian sempit. Topik studi atau penelitian difusi inovasi mulai dikaitkan dengan berbagai fenomena kontemporer yang berkembang di masyarakat. Berbagai perpektif pun menjadi dasar dalam pengkajian proses difusi inovasi,seperti perspektif ekonomi, perspektif ’market and infrastructure’ (Brown, 1981). Salah satu definisi difusi inovasi dalam taraf perkembangan ini antara lain dikemukakan Parker (1974), yang mendefinisikan difusi sebagai suatu proses yang berperan memberi nilai tambah pada fungsi produksi atau proses ekonomi. Dia juga menyebutkan bahwa difusi merupakan suatu tahapan dalam proses perubahan teknik (technical change). Menurutnya difusi merupakan suatu tahapan dimana keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi diteruskan melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima sebagai bagian dari kegiatan produktif.
Berkaitan dengan proses difusi inovasi tersebut National Center for the Dissemination of Disability Research (NCDDR), 1996, menyebutkan ada 4 (empat) dimensi pemanfaatan pengetahuan (knowledge utilization), yaitu
1. Dimensi Sumber (SOURCE) diseminasi, yaitu insitusi, organisasi, atau individu yang bertanggunggung jawab dalam menciptakan pengetahuan dan produk baru.
2. Dimensi Isi (CONTENT) yang didiseminasikan, yaitu pengetahuan dan produk baru dimaksud yang juga termasuk bahan dan informasi pendukung lainnya.
3. Dimensi Media (MEDIUM) Diseminasi, yaitu cara-cara bagaimana pengetahuan atau produk tersebut dikemas dan disalurkan.
4. Dimensi Pengguna (USER), yaitu pengguna dari pengetahuan dan produk dimaksud.